BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
PSIKOLOGI ABNORMAL
1.1
Latar
Belakang
Abnormalitas
atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang
maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional
discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity.
Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di
Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih
berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab
perilaku (behaviorisme). Sedangkan, istilah psikopatologi merupakan
istilah yang paling populer dimasa lalu, ketika pusat ilmu pengetahuan berada
si daratan Eropa, yang disebut juga bermahzab mental. Orang Eropa daratan
(continental) lebih melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu, sehingga
perilaku yang menyimpang biasanya dipandang sebagai akibat dari gangguan atau
penyakit jiwa tertentu. Orang-orang Amerika lalu, lebih melihat aspek perilaku
yang berada diluar individu (over behavior) yang mereka anggap lebih penting
dari pada aspek dalam kepribadian (inner personality).
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas perumusan masalh dalam penyusunan makalah ini di
tititik berakan pada :
1.
Bagaimana pemahaman
dasar tentang konsep psikologi abnormal?
2.
Bagaimana jenis-jenis
gangguan dan klasifikasi serta diagnosis gangguan kejiwaan?
1.3
Tujuan
Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Bagaimana pemahaman
dasar tentang konsep psikologi abnormal
2.
Bagaimana jenis-jenis
gangguan dan klasifikasi serta diagnosis gangguan kejiwaan.
BAB 1I
PEMBAHASAN
2.1 Pemahaman Dasar
A.
Pengantar
Dalam pecakapan
sehari-hari, istilah psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya-
terutama secara- tidak selalu menunujukan maksud dan tujuan yang sama tau
seragam. Hal ini bisa jadi menimbulkan masalh ketika kita menggunakannya untuk
keperluan yang lebih spesifik daripada sekedar berwacana saja. Hal demikian
antara lain terdapat dalam banyaknya instliah yang digunakan dengan arti yang
berbeda, hampir sama, maupun sama sekali sama. istilah-istilahdari psikologi
abnormal, atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior
adalah perilaku maladaptif; kemudian ada juga yang menyebutnya mental disorder,
psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) atau
ganguan mental, sampai insanity (kegilaan).
a. Perilaku
Abnormal (abnormal behavior)
abnormal
behavior berarti penampilan inner personality (kepribadian seseorang) dan
penampilan perilaku luar atau kedu-duanya. jadi, kalau kita menggunakan inner
personality disebut psikologi abnormal atau abnormal psikologi. Demikian pula
jika kita mengginakkan perilaku luar disebut juga perilaku abnormal atau
abnormal behavior. Jika kita menggunakakn kedua-duanya (Inner Personality dan ovver personality) disebut dissorder behavior.
b.
Psikopatologi (Psycholpatology)
Istilah
inin mengacu pada studi mengenai prilaku abnormal atau gangguan mental,
menyangkut wilayah ilmu pengetahuan. Dalam praktisnya psikopatologi juga
identik dengan psikologi abnormal dan gangguan mental.
c.
Perilaku Malladaptif (Maladaptive behavior)
Istilah perilaku
maladaptif digunakan sebagai kerangka kerja konseptual mengenai perilaku
abnormal yang memasukkan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi-konsekuensi
yang tidak diharapkan baik bagi individu itu sendiri maupun bagi kelompok.
Jadi, tidak sekedar menyangkut gangguan-gangguan seperti psikosis dan neurosis
tetapijuga pola-pola individual dan kelompok, sperti perilaku bisnis yang tidak
etis atau prasangka rasial yang kemudian dilanjutkan dengan adanya
keterasingan-keterasingan dan apati.
d. Gangguan
Mental (mental disorder)
istilah ini hampir sama
dengan pola prilaku abnormal yang meliputi seluruh rentang gangguan, dari yang
sifatnya sangat ringan sampai dengan sangat berat. seringkali dimasukan dalam
pengertian ini adalah gangguan yang berat pada fungsi-fungsi mental, bahkan
digunakan pula untuk perilaku-perilaku yang secara komprensif tidak efektif.
e. Gangguan
Emosional (Emotinal Disturbance)
istilah ini mengacu
pada adanya integrasi kepribadian yang tidak adekuat dan adanya tekanan pribadi
(personal distres), yang menimbulkan stres yang sifatnya negatif. Biasanya,
ganguan-gangguan emosional digunakan untuk prilaku madaptif untuk anak-anak.
Dalam psikiatri ada dua istilah yang
kadang diartikan sama sebagai berikut:
f. Sakit
Mental (mental illness)
istilah sewaktu-waktu
digunakan orang karena sama artinya dengan bangunan mental. tetapi, saat ini penggunaannya
biasanya dibatasi untuk gangguan-gangguan yang melibatkan patologi otak atau
disorganisasi kepribadian berat. label “illenss” meskipun tampaknya digunakan
untuk gangguan-gangguan yang menampilkan ketidakmampuan yang parah, biasanya
berhungan atau bersesuain dengan ganguan yang umumnya merupakan akiobat dari
belajar salah (false learning)
g. Gangguan
Prilaku (Behavior Disorder)
istilah lain yang
digunakan dalam perilaku abnormal ini adalah gangguan perilaku atau behaviour
disorder.penggunaan istilah ini secara khusus mengacu pada gangguan-gangguan
yang berasal dari salah belajar –baik kegagalan dalam mempelajri kopentensi
ataupun belajar pola penanggulagan maladapit.bisa jaga digunakan lebih luas
secara kasar sebagai sinonim perilaku abnormal.
h. Sakit
Mental (Mental Disease)
Pada mulanya istilah
sakit mental ini digunakan untuk gangguan-gangguan yangi diasiosasikan dengan
patologi otak, seperti brain damage disorder,namun saat ini tidak
digunakan.penggunaanya merupakan antologi dan istilah kedokteran, ialah sakit,atau
lebih cepat dari fisik.
i.
Gila (Insanity)
insanity
merupakan istilah yang bisa digunakan dikalangan hukum.istilah ini
mengindasikan seseorang yang memiliki ketidakmampuan untuk mengolah
masalah-masalah atau untuk melihat dan menduga konsenkuensi-kosensuensi dari
tindakan-tindakannya.denotasinya adalah gangguan mental yang serius.
B.
Pendekatan
pendekatan kenisbian
(cultural relativism) mendevinisikan abnormal berdasarkan pemahaman norma suatu
budaya sebagai standar perilaku normal,sehingga abnormal hanya dapat
didevinisikan dalam referensi norma-norma ini contoh:di suatu daerah seandainya
ada orang yang mendapat cacian dihadapan umum,maka normal bagianya untuk
membunuh si pencaci,tetapi bagi kehidupan masyarakat daerah lain,cara berfikir itu
dapat dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang.
Berdasarkan kriteria
ketidakbiasaan (unusualness),yang sering juga di sebut sebagai pendekatan
statistik,mengunakan perilaku abnormal sebagai penyimpangan dari
rata-rata.unusualness mendefinisikan perilaku abnormal merupakan perilaku yang
jarang atau tidak sering terjadi.
sejalan dengan pikriran
tersebut,lahir pendekatan yang lebih spesifik,ialah pendekatan yang menyimpam
sosial atau social deviaton.yang di maksudkan di sini adalah bahwa orang yang
berperilaku dan dersikap sosial berbeda dengan umumnya orang,yang digolongkan
sebagai orang yang abnormal.
kriteria discomfort
(ada perasaan tidak enak atau tidak nyaman) serimg disebut sebagai pendekatan
distress.
Kriteria mental illness
mengimplikasikan perilaku terhadap proses fisikal yang jelas dimana seseorang
menyimpan dari situasi dan kondisi sehat,yang memugnkinkan tampilan perilaku
atau sinonim yang spesifik.
krieria berikut adalah
yang disebut maladaptif, yang merupakan kriteria yang paling diterima para
akademisi.atau pun yang menjadi penyebab deri perilaku dan perasaan maladaptif
itu sangat berfariasi.
krakteristika abnormal
1.
Demgae (kerusakan)yang
sifatnya indiviudual sama seperti seseorang remaja yang memotong rambut dan
sebaginya sehingga nampak ekskusif sebagai akibat dari kejenuan,kekesalan dan
ketidaknyaman diri.
2.
Perilaku yang
menyebabkan perasaan atau alam perasaan individu menderita,misalnya ada rasa
sakit hati dan depreasi yang di rasakan orang ketika menjalani kehidupan dan
melaksanakan apa yang menjadi tugasnya atau melaksanakan apa yang dikehendaki orang.
3.
Perilaku yang secara
berat atau serius diintervesi khususnya dalam kehidupan sehari –hari,seperti
seseorsng yang memilki fobia-fobia yang extrim terdapat berbagai macam-macam
objek satupun keadaan.
4.
Krakteristika yang
menghasilkan bahwa individu telah kehilangan sentuhan realitas dan tidak dapat
mengendalikan perilaku serta pikiranya seperi yang terjadi dalam gangguan yang
disebut skizofren.
C.
Defenisi
Normal
Karena tidak
memiliki model manusia yang ideal, maka kita sukar untuk secara pasti
mengklasifikasikan apa yang dimaksud normal dan abnormal. Orang sehat mental akan memilki ciri salah
satu kombinasi dari pendekatan-pendekatan yang para ahli gunakan dalam
menentukan istilah tersebut adalah :
1.
Memformulasikan
defenisi-defenisi yang bersifat umum dan komperhensif.
2.
Mencoba menyandarkan
pada sifat-sifat yang disebut normal yang ditampilkan oleh orang-orang secara
manual dianggap sehat
3.
Melahirkan kriteria
untuk membuat patokan perilaku abnor
4.
Mendasarkan konsep
normal dan abnormal pada model khusus atau perangkat asumsi-asumsi mengenai
hakikat manusia
Beberapa
defnisi tentang normal dikemukakan sebagai berikut:
a)
WHO (W world Healt
Organization)
WHO
memberikan tentang normal yang menyangkut pengertian kesehatan secara
menyeluruh. Sehat menurut WHO adalah suatu suatau keadaan kedaan fisik, menntal
dan kehidupan sosial yang lengkap dan tidak semata-mata karena tidak ada
penyakit atau cacat/luka
b)
WFMH (world federation
for mental health)
Keputusan-keputusan yang disepakati
WFMH mengenai sehat mental adalah:
1.
Sehat mental adalah
suatu keadaan optimal pada sisi intelektual, emosional, dan sosial, serta
semata-mata tidak adanya gangguan-gangguan mental, sepanjang tidak mengganggu
lingkungannya secara khusus lingkungan sosial
2.
Masyarakat yang sehat
secara mental adalah masyarakat yang memberikan kesempatan optimal kepada
setiap anggotanya untuk mengaktualisasikan potensinya
c)
C.Maninger (Sorang
Psikiater)
Sehat
mental merupakan penyesuaian manusia terhadap dunia lingkungannya dan terhadap
diri orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum.Efektifitas
dari orang hidup yakni adanya penghormatan terhadap ketaan atas aturan main
yang dilakukan secara menyenangkan. Dalam mental yang sehat harus terdapat
kemampuan dalam memelihara dirinya, temperamen, intelejensi yang siap pakai,
perilaku yang memiliki pertimabngan sosial, dan adanya disposisi
(kecenderungan) merasa bahagia.
D.
Pendekatan
Kontemporer
Yang dimaksudkan dengan
pendekatan, atau lebih rinci disebut sudut pandang teoritis, adalh perangkat
asumsi mengenai abnormalitas itu. seperti halnya studi psikologi yang
mempelajari perilaku pada umumnya dalam
memandang perilaku abnormalpun kitra dapat melihat dari 3 sudut pandang, ialah
biologis, psikologis, dan sosial/ sosio-kultural.
1)
Pendekatan Psikologis
Sudut
pandang ini membicarakan faktor-faktor penyebab psikologis dan psikososial yang
menyangkut permasalahan sebelumnyua di bidang psikologi dan interaksi sosial di
lingkunagn sosial di lingkungan sosial dan orang lain. yang dimaksud dengan
psikososial adalah faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap
perilaku sesorang atau dapa menhambat perkemabangan orang tersebut secara
psikologis. Dengan demikian ia memerlukan usaha-usaha untuk dapat
menggulanginya terlebih dahulu.
2)
Sudut Pandang
Sosio-kultural (Lingkungan)
Dimasa
lalu faktor-faktor yang berasal dari lingkunagan sosial kultural selalu
diabaikan.Dalam melihat perilaku seseorang, lebih tertananam atau terpaku oleh
kondisi seseorang tersebut atau lungkungan sosial. Tapi semakin lama semakin
terlihat besarnya pengaruh sosial kultural termasuk pandangan-pandangan
filosofis mengenai diri individu itu sendiri.
Pada dasarnya faktor-faktor yang menyangkut
lingkunagan sosial kultural yaitu bagiamana ia memaknakan diri dan kehidupan
yang dialami atau yang dijalaninya. Di beberapa masyarakata sedang berkembang sejak
kurang lebih 10 tahun yang lalu mengenai peran sosial dalam lingkungan sosial
yang bergerak tidak beraturan atau tidak punya kepastian, juga timbul masalah Undrogeneo yang membicarakan tentang
jenis kelamin (gender), sifat-siafat yang dimiliki oleh perampuan dan laki-laki
.
E.
Model
Pemahaman Perilaku Abnormal
(Psikopatologi)
1.
Model Psikoanalitik
Pendekatan
ini memberikan tekanan pada peranan dorongan-dorongan dasar yang bersifat
nalriah dan tidak disadari yang terdapat pada manusia umumnya, seperti dan
terutama dorngan seks, sebagai penyebab utama terjadinya perilaku, termasuk
perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Dalam pandangan ini kesehatan
mental dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individual mampu untuk
mredakan dan menyalurkan dorongan-dorongan dasr ini dalam btas-batas yang
dilanjutkan atau diminta masyarakat atau society dengan agama dan budayanya.
Tingkah laku abnormal dilihat sebagai hasil dari perkembangan yang salah atau
penggunakan defence mechinsm yang berlebihan ketika individu mennggulangi
kecemasan (anxiety) yang dihayatinya.
2.
Model Behavioritik
Model
ini menekankan pada perilaku yang over atau terbuaka serta objektif. Tingkah
laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk menyesuaikan diri dengan
rangsanga-rangsangan-rangsangan di lingkungan, yang disebut stimulus.
Abnormalitas dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif atau menyimpang,
sebagai hasil belajar atau respon-respon maladaptif dan atau kalangan untuk
mempelajari apa atau kemampuan apa yang dibutuhkan., atau dapat dikatakan salah
dalam mempelajari suatu yang baik atau berhasil dalam mempelajari hal-hal yang
tidak benar.
3.
Model Humanistik
Model
ini menekankan pada kecenderungan-kecenderungan alamiah manusisa dalam hal
pengarahan diri yang bertanggungjawab dan kepuasan diri. Abnormalitas dilihat
sebagai kalangan untuk mengembangkan humanitas seseorang secara penuh atau
lengkap sebagai akibat dari adanya blockinga atau distory kecenderungan
terdapat asumsi bahwa pada dasarnya mnusia mampu mnecapai apa yang ingin ia
capai melalui proses yang disebut aktualisasi diri.
4.
Model Eksistensial
Model
ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman dan
keputusan-keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Aliran ini yakin
bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin eksis. Abnormalitas dipandang
sebagai kegagalan untuk mencapai eksis mencaapai identitas diri yang adekuat
dan cara hidup yang penuh makna.
5.
Model Interpersonal
Model
ini pada peran relasi antar pribadi dalam memebentuk perkembangan dan perilaku
individual . Abnormalitas dipandang sebagai hasil atau berasal dari relasi
antar individu atau akomodasi tipe yang patologis, gagal sebagai subjek yang
membangun interaksi dengan sesamanya, shingga kualitas pribadinya menurun.
Manusia menurut aliran ini pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socius)
yang hanya dapa hidup kalau beada dalam hubungan pribadi dengan orang lain.
6.
Pendekatan Kognitif
Pendekatana
ini merupakan kelanjutan dari pendekatan behaviorisme, dimana pendekatan
kognitif berpendapat bahwa kognisi ialah pikiran dan keyakinan yang membentuk
perilaku kita maupun emosi yang kita alami. Terdapat tiga tipe kognisi, yaitu
kasual atribusi, pengendaliian keyakinan (control believe) dan asumsi-saumsi
yang disfunngsional.
F.
Faktor
Penyebab Perilaku Abnormal
Secara teknis,
kita dapat melihat bahwa suatu perilaku abnormal hampir tidak pernah lahir secara tiba-tiba. kita sering mendengar
misalnya ada orang yang salah sedikit dalam menebak angka dalam suatu permainan
totalisator yang berhadiah sangat besar. Ia sangat menghrap keberuntungan
tetapi karena kelencengan sedikit, hadiah yang baginya sangat besar, dan sangat
diharapkan tidak ia dapatkan. Dan kemudian pikirannya serta merta menjadi
terganggu. Hal demikia merupaka cerita awam yang hanya melukiskan kebenaran-kebenaran
yang sangat dangkal, yaitu dibagian permuakaannya saja. Secara ilmiah, lebih
tepat untuk meluhat gangguan tersebut berhubungan dengan pola faktor-faktor
yang membuat individu Vulnerable (rawan) untuk abnormalitas.
Berhubungan
dengan alasan-alasan tadi maka dalam upaya untuk melakukan anlisis faktor-faktor penyebab perilaku abnormal ini
perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)
Menunjukan perbedaan
antara penyebab-penyebab primer, predisposising, precipitating, dan reinforcing
2)
Masalah feed back atau
umpan balik dan sirkularitas (linkaran setan)
3)
Konsep mengenai
diatechis stress sebagai model penyebab yang luas dalam perilaku abnormal.
G.
STRES
Sejak kelahiran
atau bahkan sejak pembuahan, setiap makhluk sudah berada dalam situasi yang
menggambarkan adanya dua puhak yang saling bertentangan, yaitu pihak pertama
berupa “kondisi dari makhluk itu sendiri” dan pihak kedua adalah “lingkungan”.
Terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan . Interaksi ini akan
menyebabkan setiap pihak terpengaruh oleh pihak-piahk lainnya. Untuk dapat
mempertahankan kehidupannya, menurut Darwin perlu adanya perjuangan dari
makhluk tersebut untuk dapat mempertahankan jenis dan selnajutnya bahkan untuk
mengembangakan diri. upaya mempertahankan ini juga disebut sebagai upaya-upaya
menyesuaikan diri yaitu memenuhi tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Dengan
demikian sejak awal individu selalu berada dalam situasi yang menantang dan
setiap tantangan akan menimbulkan upaya untuk bisa menghadapi situasi-situasi
tersebut. Oleh karena itu ada dua kejadian penting disini , yaitu: adanya
Situasi Stress (Stressfull situation) pada individu dan adanya adptasi terhadap
lingkungannya.
Kedua hal
tersebut berada dalam satu situasi, sehingga banyak ahli yang menyatakan stress
identik dengan perilaku beradaptasi dengan lingkungannya, dimana lingkungan ini
bisa berupa hal dar luar diri (outer world), tetapi juga bisa dari dalam diri (Inner
world). Jadi orang dikatakan adaptif kalau dia bisa atau mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan orang lain, tetapi dia juga bisa memenuhi kebutuhannya
sendiri.
Ada
bemacam-macam situasi dalam dirinya ketika seseorang harus memenuhi tuntutan
lingkungan. Hal itu disebut juga kategori dari Sresor adalah adjustive
demand (tuntutan untuk menyesuaikan diri). Menurut Coleman cs. (1976)
terdapat 3 sumber yang dapat dimasukkan dalam kategori dari stressor, yaitu
frustasi, konflik, dan tekanan (preassure) .
H. Konflik
Dalam banyak
kesempatan , Stress merupakan hasil dari munculnya dua atau lebih kebutuhan
atau motif yang tidak compatibble. (Sesuai) secara bersama-sama, dengan
kekuatan yang juga sama. Dalam kondisi tersebut individu seyogyanya membuat
suatu keputusan berupa pilihan mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak.
kalau pilihan sudah dijatuhkan, maka konflik denagn sendirinya akan selesai.
konflik bisa terjadi seandainya kekuatan-kekuatan tersebut berada dalam kondisi
berimbang.
Mengacu pada
teori Lawin mengenai kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia, maka
dikenal tiga jenis utama konflik yaitu : Approach –Avoidance Conflict, Doublle
Aproach Conflict, and Double Avoidance Conflict.
I.
Pressure
Pressure sering
juga disebut sebagai di bawah tekanan atau under pressure. Stres dapat juga
datang dari tekanan-tekanan untuk dapat mencapai goal-goal yang spesifik, atau
berperilaku dengan cara-cara tertentu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
pressure adalah suatau keadaan yang menimbulkan konflik, dimana individu merasa
terpaksa atau dipaksa untuk melakukan hal-hal yang di inginkannya.
2.2 JENIS-JENIS GANGGUAN
A.
Klasifikasi
Gannguan Berdasarkan PPDGJ
Dalam edisi Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, sebagai Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Rusdi
Maslim, editor, mengajukan beberapa hal penting yang mendasari klasifikasi atau
diagnosis itu, yaitu mengenai konsep gangguan dan prinsip penggolongan
Konsep gangguan
yang diambil dirujuk DSM IV sebgai berikut :
Gangguan Mental dikonsepsualisasikan sebagai sindrom
atau pola psikologis atau keprilakuan secara klinis signifikan yang muncul
dalam individual dan yang diasosiasikan dengan distress yang tampil saat ini
(misalnya simtom ras sakit) atau ketidak mampuan (misalnya kelemahan dalam satu atau lebih
area pemfungsian yang penting) atau dengan peningkatan risiko menderita
kematian, kesakitan, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan yang penting.
Adapun Prinsip
penggolongannya adalah:
1.
Pendekatan penggolongan
bersifat ateorotik dan deskriptif.
2.
Setiap gangguan jiwa
tidak dianggap sebagai suatu kesatuan yang tegas batas-batasnya.
3.
Penggolongan gannguan
jiwa tidak diartikan atau sama sekali bukan penggolongan orang.
4.
Dinilai tidak benar
kalu ada anggapan bahwa dua orang yang menderita gangguan jiwa yang sama dengan
orang lainnya, berarti sama dalam segala hal penting lainnya.
5.
Dalam PPDGJ-III
terdapat istilah “Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis”, Yang tidak
tergolong gangguan jiwa. Meskipun demikian, kondisi tersebut menjadi pusat
perhatian klinikus
6.
Terdapat 100 Kategori
Diagnosis, Mulai dari F00 sampai F98. F99 adalah gangguan YTT (yang tidak
terggolongkan) atau untuk mengelompoka “gangguan jiwa tidak khas”
B.
Proses Diagnosis Gangguan Jiwa
Proses diagnosis
gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan dalam praktek
kedokteran klinis dengan rumusan matematis :
|
Langkah
- Langakah adalah sebagai berikut
ANAMNESIS : Alasan Berobat
Riwayat Gangguan saat ini
Riwayat Gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan,
pekerjaan, dll
PEMERIKSAAN: Diagnostik fisik
Status
Mental
Laboratorium
Radiologik
Evaluasi
psikologis
lain-lain
Diagnosis : Aksis I = Gangguan Klinis
Aksis
II = Gangguan kepribadian
Aksis
III = Kondisi medik umum & MR
Aksis
IV = Psikososial dan Lingkungan
Aksis
V = Tarif Pemfungsian
TERAPI : Farmakoterapi
Psikoterapy
Terapi
sosial
Terapi
okupasional
Lain-lain
TINADAK-LANJUT: Evaluasi terapi
Evaluasi
diagnosis
Lain-lain
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Makalah
ini membahas tentang definisi abnormalitas dalam berbagai teori psikologi dan
macam-macam bentuk abnormalitas yang sering diacu oleh akademisi dan praktisi
di lapangan dengan mengacu pada DSM IV atau di indonesia menggunakan pedoman
yang dikeluarkan oleh depkes yakni PPDGJ III.
3.2
Saran