الخميس، 10 يناير 2013

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL "PENGANTAR PSIKOLOGI ABNORMAL"


BAB I
PENDAHULUAN
A.    PENGANTAR PSIKOLOGI ABNORMAL
 1.1              Latar Belakang
Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme). Sedangkan, istilah psikopatologi merupakan istilah yang paling populer dimasa lalu, ketika pusat ilmu pengetahuan berada si daratan Eropa, yang disebut juga bermahzab mental. Orang Eropa daratan (continental) lebih melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu, sehingga perilaku yang menyimpang biasanya dipandang sebagai akibat dari gangguan atau penyakit jiwa tertentu. Orang-orang Amerika lalu, lebih melihat aspek perilaku yang berada diluar individu (over behavior) yang mereka anggap lebih penting dari pada aspek dalam kepribadian (inner personality).
1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perumusan masalh dalam penyusunan makalah ini di tititik berakan pada :
1.      Bagaimana pemahaman dasar tentang konsep psikologi abnormal?
2.      Bagaimana jenis-jenis gangguan dan klasifikasi serta diagnosis gangguan kejiwaan?
1.3              Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.      Bagaimana pemahaman dasar tentang konsep psikologi abnormal
2.      Bagaimana jenis-jenis gangguan dan klasifikasi serta diagnosis gangguan kejiwaan.


BAB 1I
PEMBAHASAN

2.1       Pemahaman Dasar
A.    Pengantar
Dalam pecakapan sehari-hari, istilah psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya- terutama secara- tidak selalu menunujukan maksud dan tujuan yang sama tau seragam. Hal ini bisa jadi menimbulkan masalh ketika kita menggunakannya untuk keperluan yang lebih spesifik daripada sekedar berwacana saja. Hal demikian antara lain terdapat dalam banyaknya instliah yang digunakan dengan arti yang berbeda, hampir sama, maupun sama sekali sama. istilah-istilahdari psikologi abnormal, atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku maladaptif; kemudian ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) atau ganguan mental, sampai insanity (kegilaan).
a.       Perilaku Abnormal (abnormal behavior)
abnormal behavior berarti penampilan inner personality (kepribadian seseorang) dan penampilan perilaku luar atau kedu-duanya. jadi, kalau kita menggunakan inner personality disebut psikologi abnormal atau abnormal psikologi. Demikian pula jika kita mengginakkan perilaku luar disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior. Jika kita menggunakakn kedua-duanya            (Inner Personality dan ovver personality) disebut dissorder behavior.
b.      Psikopatologi (Psycholpatology)
Istilah inin mengacu pada studi mengenai prilaku abnormal atau gangguan mental, menyangkut wilayah ilmu pengetahuan. Dalam praktisnya psikopatologi juga identik dengan psikologi abnormal dan gangguan mental.

c.       Perilaku Malladaptif (Maladaptive behavior)
Istilah perilaku maladaptif digunakan sebagai kerangka kerja konseptual mengenai perilaku abnormal yang memasukkan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapkan baik bagi individu itu sendiri maupun bagi kelompok. Jadi, tidak sekedar menyangkut gangguan-gangguan seperti psikosis dan neurosis tetapijuga pola-pola individual dan kelompok, sperti perilaku bisnis yang tidak etis atau prasangka rasial yang kemudian dilanjutkan dengan adanya keterasingan-keterasingan dan apati.
d.      Gangguan Mental (mental disorder)  
istilah ini hampir sama dengan pola prilaku abnormal yang meliputi seluruh rentang gangguan, dari yang sifatnya sangat ringan sampai dengan sangat berat. seringkali dimasukan dalam pengertian ini adalah gangguan yang berat pada fungsi-fungsi mental, bahkan digunakan pula untuk perilaku-perilaku yang secara komprensif tidak efektif.
e.       Gangguan Emosional (Emotinal Disturbance)
istilah ini mengacu pada adanya integrasi kepribadian yang tidak adekuat dan adanya tekanan pribadi (personal distres), yang menimbulkan stres yang sifatnya negatif. Biasanya, ganguan-gangguan emosional digunakan untuk prilaku madaptif untuk anak-anak. Dalam  psikiatri ada dua istilah yang kadang diartikan sama sebagai berikut:
f.       Sakit Mental (mental illness)
istilah sewaktu-waktu digunakan orang karena sama artinya dengan bangunan mental. tetapi, saat ini penggunaannya biasanya dibatasi untuk gangguan-gangguan yang melibatkan patologi otak atau disorganisasi kepribadian berat. label “illenss” meskipun tampaknya digunakan untuk gangguan-gangguan yang menampilkan ketidakmampuan yang parah, biasanya berhungan atau bersesuain dengan ganguan yang umumnya merupakan akiobat dari belajar salah (false learning)
g.      Gangguan Prilaku (Behavior Disorder)
istilah lain yang digunakan dalam perilaku abnormal ini adalah gangguan perilaku atau behaviour disorder.penggunaan istilah ini secara khusus mengacu pada gangguan-gangguan yang berasal dari salah belajar –baik kegagalan dalam mempelajri kopentensi ataupun belajar pola penanggulagan maladapit.bisa jaga digunakan lebih luas secara kasar sebagai sinonim perilaku abnormal.
h.      Sakit Mental (Mental Disease)
Pada mulanya istilah sakit mental ini digunakan untuk gangguan-gangguan yangi diasiosasikan dengan patologi otak, seperti brain damage disorder,namun saat ini tidak digunakan.penggunaanya merupakan antologi dan istilah kedokteran, ialah sakit,atau lebih cepat dari fisik.
i.        Gila (Insanity)
insanity merupakan istilah yang bisa digunakan dikalangan hukum.istilah ini mengindasikan seseorang yang memiliki ketidakmampuan untuk mengolah masalah-masalah atau untuk melihat dan menduga konsenkuensi-kosensuensi dari tindakan-tindakannya.denotasinya adalah gangguan mental yang serius.
B.     Pendekatan
pendekatan kenisbian (cultural relativism) mendevinisikan abnormal berdasarkan pemahaman norma suatu budaya sebagai standar perilaku normal,sehingga abnormal hanya dapat didevinisikan dalam referensi norma-norma ini contoh:di suatu daerah seandainya ada orang yang mendapat cacian dihadapan umum,maka normal bagianya untuk membunuh si pencaci,tetapi bagi kehidupan masyarakat daerah lain,cara berfikir itu dapat dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang.
Berdasarkan kriteria ketidakbiasaan (unusualness),yang sering juga di sebut sebagai pendekatan statistik,mengunakan perilaku abnormal sebagai penyimpangan dari rata-rata.unusualness mendefinisikan perilaku abnormal merupakan perilaku yang jarang atau tidak sering terjadi.
sejalan dengan pikriran tersebut,lahir pendekatan yang lebih spesifik,ialah pendekatan yang menyimpam sosial atau social deviaton.yang di maksudkan di sini adalah bahwa orang yang berperilaku dan dersikap sosial berbeda dengan umumnya orang,yang digolongkan sebagai orang yang abnormal.
kriteria discomfort (ada perasaan tidak enak atau tidak nyaman) serimg disebut sebagai pendekatan distress.
Kriteria mental illness mengimplikasikan perilaku terhadap proses fisikal yang jelas dimana seseorang menyimpan dari situasi dan kondisi sehat,yang memugnkinkan tampilan perilaku atau sinonim yang spesifik.
krieria berikut adalah yang disebut maladaptif, yang merupakan kriteria yang paling diterima para akademisi.atau pun yang menjadi penyebab deri perilaku dan perasaan maladaptif itu sangat berfariasi.
krakteristika abnormal
1.      Demgae (kerusakan)yang sifatnya indiviudual sama seperti seseorang remaja yang memotong rambut dan sebaginya sehingga nampak ekskusif sebagai akibat dari kejenuan,kekesalan dan ketidaknyaman diri.
2.      Perilaku yang menyebabkan perasaan atau alam perasaan individu menderita,misalnya ada rasa sakit hati dan depreasi yang di rasakan orang ketika menjalani kehidupan dan melaksanakan apa yang menjadi tugasnya atau melaksanakan apa yang dikehendaki orang.
3.      Perilaku yang secara berat atau serius diintervesi khususnya dalam kehidupan sehari –hari,seperti seseorsng yang memilki fobia-fobia yang extrim terdapat berbagai macam-macam objek satupun keadaan.
4.      Krakteristika yang menghasilkan bahwa individu telah kehilangan sentuhan realitas dan tidak dapat mengendalikan perilaku serta pikiranya seperi yang terjadi dalam gangguan yang disebut skizofren.

C.    Defenisi Normal
Karena tidak memiliki model manusia yang ideal, maka kita sukar untuk secara pasti mengklasifikasikan apa yang dimaksud normal dan abnormal.  Orang sehat mental akan memilki ciri salah satu kombinasi dari pendekatan-pendekatan yang para ahli gunakan dalam menentukan istilah tersebut adalah :
1.      Memformulasikan defenisi-defenisi yang bersifat umum dan komperhensif.
2.      Mencoba menyandarkan pada sifat-sifat yang disebut normal yang ditampilkan oleh orang-orang secara manual dianggap sehat
3.      Melahirkan kriteria untuk membuat patokan perilaku abnor
4.      Mendasarkan konsep normal dan abnormal pada model khusus atau perangkat asumsi-asumsi mengenai hakikat manusia
Beberapa defnisi tentang normal dikemukakan sebagai berikut:
a)      WHO (W world Healt Organization)
WHO memberikan tentang normal yang menyangkut pengertian kesehatan secara menyeluruh. Sehat menurut WHO adalah suatu suatau keadaan kedaan fisik, menntal dan kehidupan sosial yang lengkap dan tidak semata-mata karena tidak ada penyakit atau cacat/luka
b)      WFMH (world federation for mental health)
Keputusan-keputusan yang disepakati WFMH mengenai sehat mental adalah:
1.      Sehat mental adalah suatu keadaan optimal pada sisi intelektual, emosional, dan sosial, serta semata-mata tidak adanya gangguan-gangguan mental, sepanjang tidak mengganggu lingkungannya secara khusus lingkungan sosial
2.      Masyarakat yang sehat secara mental adalah masyarakat yang memberikan kesempatan optimal kepada setiap anggotanya untuk mengaktualisasikan potensinya
c)      C.Maninger (Sorang Psikiater)
Sehat mental merupakan penyesuaian manusia terhadap dunia lingkungannya dan terhadap diri orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum.Efektifitas dari orang hidup yakni adanya penghormatan terhadap ketaan atas aturan main yang dilakukan secara menyenangkan. Dalam mental yang sehat harus terdapat kemampuan dalam memelihara dirinya, temperamen, intelejensi yang siap pakai, perilaku yang memiliki pertimabngan sosial, dan adanya disposisi (kecenderungan) merasa bahagia.

D.    Pendekatan Kontemporer
Yang dimaksudkan dengan pendekatan, atau lebih rinci disebut sudut pandang teoritis, adalh perangkat asumsi mengenai abnormalitas itu. seperti halnya studi psikologi yang mempelajari perilaku pada umumnya  dalam memandang perilaku abnormalpun kitra dapat melihat dari 3 sudut pandang, ialah biologis, psikologis, dan sosial/ sosio-kultural.
1)      Pendekatan Psikologis
Sudut pandang ini membicarakan faktor-faktor penyebab psikologis dan psikososial yang menyangkut permasalahan sebelumnyua di bidang psikologi dan interaksi sosial di lingkunagn sosial di lingkungan sosial dan orang lain. yang dimaksud dengan psikososial adalah faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku sesorang atau dapa menhambat perkemabangan orang tersebut secara psikologis. Dengan demikian ia memerlukan usaha-usaha untuk dapat menggulanginya terlebih dahulu.
2)      Sudut Pandang Sosio-kultural (Lingkungan)
Dimasa lalu faktor-faktor yang berasal dari lingkunagan sosial kultural selalu diabaikan.Dalam melihat perilaku seseorang, lebih tertananam atau terpaku oleh kondisi seseorang tersebut atau lungkungan sosial. Tapi semakin lama semakin terlihat besarnya pengaruh sosial kultural termasuk pandangan-pandangan filosofis mengenai diri individu itu sendiri.
            Pada dasarnya faktor-faktor yang menyangkut lingkunagan sosial kultural yaitu bagiamana ia memaknakan diri dan kehidupan yang dialami atau yang dijalaninya. Di beberapa masyarakata sedang berkembang sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu mengenai peran sosial dalam lingkungan sosial yang bergerak tidak beraturan atau tidak punya kepastian, juga timbul masalah Undrogeneo yang membicarakan tentang jenis kelamin (gender), sifat-siafat yang dimiliki oleh perampuan dan laki-laki .
           
E.     Model Pemahaman Perilaku Abnormal  (Psikopatologi)
1.      Model Psikoanalitik
Pendekatan ini memberikan tekanan pada peranan dorongan-dorongan dasar yang bersifat nalriah dan tidak disadari yang terdapat pada manusia umumnya, seperti dan terutama dorngan seks, sebagai penyebab utama terjadinya perilaku, termasuk perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Dalam pandangan ini kesehatan mental dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individual mampu untuk mredakan dan menyalurkan dorongan-dorongan dasr ini dalam btas-batas yang dilanjutkan atau diminta masyarakat atau society dengan agama dan budayanya. Tingkah laku abnormal dilihat sebagai hasil dari perkembangan yang salah atau penggunakan defence mechinsm yang berlebihan ketika individu mennggulangi kecemasan (anxiety) yang dihayatinya.
2.      Model Behavioritik
Model ini menekankan pada perilaku yang over atau terbuaka serta objektif. Tingkah laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk menyesuaikan diri dengan rangsanga-rangsangan-rangsangan di lingkungan, yang disebut stimulus. Abnormalitas dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif atau menyimpang, sebagai hasil belajar atau respon-respon maladaptif dan atau kalangan untuk mempelajari apa atau kemampuan apa yang dibutuhkan., atau dapat dikatakan salah dalam mempelajari suatu yang baik atau berhasil dalam mempelajari hal-hal yang tidak benar.
3.      Model Humanistik
Model ini menekankan pada kecenderungan-kecenderungan alamiah manusisa dalam hal pengarahan diri yang bertanggungjawab dan kepuasan diri. Abnormalitas dilihat sebagai kalangan untuk mengembangkan humanitas seseorang secara penuh atau lengkap sebagai akibat dari adanya blockinga atau distory kecenderungan terdapat asumsi bahwa pada dasarnya mnusia mampu mnecapai apa yang ingin ia capai melalui proses yang disebut aktualisasi diri.
4.      Model Eksistensial
Model ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman dan keputusan-keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Aliran ini yakin bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin eksis. Abnormalitas dipandang sebagai kegagalan untuk mencapai eksis mencaapai identitas diri yang adekuat dan cara hidup yang penuh makna.
5.      Model Interpersonal
Model ini pada peran relasi antar pribadi dalam memebentuk perkembangan dan perilaku individual . Abnormalitas dipandang sebagai hasil atau berasal dari relasi antar individu atau akomodasi tipe yang patologis, gagal sebagai subjek yang membangun interaksi dengan sesamanya, shingga kualitas pribadinya menurun. Manusia menurut aliran ini pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socius) yang hanya dapa hidup kalau beada dalam hubungan pribadi dengan orang lain.
6.      Pendekatan Kognitif
Pendekatana ini merupakan kelanjutan dari pendekatan behaviorisme, dimana pendekatan kognitif berpendapat bahwa kognisi ialah pikiran dan keyakinan yang membentuk perilaku kita maupun emosi yang kita alami. Terdapat tiga tipe kognisi, yaitu kasual atribusi, pengendaliian keyakinan (control believe) dan asumsi-saumsi yang disfunngsional.

F.     Faktor Penyebab Perilaku Abnormal
Secara teknis, kita dapat melihat bahwa suatu perilaku abnormal hampir tidak pernah lahir  secara tiba-tiba. kita sering mendengar misalnya ada orang yang salah sedikit dalam menebak angka dalam suatu permainan totalisator yang berhadiah sangat besar. Ia sangat menghrap keberuntungan tetapi karena kelencengan sedikit, hadiah yang baginya sangat besar, dan sangat diharapkan tidak ia dapatkan. Dan kemudian pikirannya serta merta menjadi terganggu. Hal demikia merupaka cerita awam yang hanya melukiskan kebenaran-kebenaran yang sangat dangkal, yaitu dibagian permuakaannya saja. Secara ilmiah, lebih tepat untuk meluhat gangguan tersebut berhubungan dengan pola faktor-faktor yang membuat individu Vulnerable (rawan) untuk abnormalitas.
Berhubungan dengan alasan-alasan tadi maka dalam upaya untuk melakukan anlisis  faktor-faktor penyebab perilaku abnormal ini perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)      Menunjukan perbedaan antara penyebab-penyebab primer, predisposising, precipitating, dan reinforcing
2)      Masalah feed back atau umpan balik dan sirkularitas (linkaran setan)
3)      Konsep mengenai diatechis stress sebagai model penyebab yang luas dalam perilaku abnormal.


G.     STRES
Sejak kelahiran atau bahkan sejak pembuahan, setiap makhluk sudah berada dalam situasi yang menggambarkan adanya dua puhak yang saling bertentangan, yaitu pihak pertama berupa “kondisi dari makhluk itu sendiri” dan pihak kedua adalah “lingkungan”. Terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan . Interaksi ini akan menyebabkan setiap pihak terpengaruh oleh pihak-piahk lainnya. Untuk dapat mempertahankan kehidupannya, menurut Darwin perlu adanya perjuangan dari makhluk tersebut untuk dapat mempertahankan jenis dan selnajutnya bahkan untuk mengembangakan diri. upaya mempertahankan ini juga disebut sebagai upaya-upaya menyesuaikan diri yaitu memenuhi tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Dengan demikian sejak awal individu selalu berada dalam situasi yang menantang dan setiap tantangan akan menimbulkan upaya untuk bisa menghadapi situasi-situasi tersebut. Oleh karena itu ada dua kejadian penting disini , yaitu: adanya Situasi Stress (Stressfull situation) pada individu dan adanya adptasi terhadap lingkungannya.
Kedua hal tersebut berada dalam satu situasi, sehingga banyak ahli yang menyatakan stress identik dengan perilaku beradaptasi dengan lingkungannya, dimana lingkungan ini bisa berupa hal dar luar diri (outer world), tetapi juga bisa dari dalam diri (Inner world). Jadi orang dikatakan adaptif kalau dia bisa atau mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orang lain, tetapi dia juga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ada bemacam-macam situasi dalam dirinya ketika seseorang harus memenuhi tuntutan lingkungan. Hal itu disebut juga kategori dari Sresor  adalah adjustive demand (tuntutan untuk menyesuaikan diri). Menurut Coleman cs. (1976) terdapat 3 sumber yang dapat dimasukkan dalam kategori dari stressor, yaitu frustasi, konflik, dan tekanan (preassure) .

H.    Konflik
Dalam banyak kesempatan , Stress merupakan hasil dari munculnya dua atau lebih kebutuhan atau motif yang tidak compatibble. (Sesuai) secara bersama-sama, dengan kekuatan yang juga sama. Dalam kondisi tersebut individu seyogyanya membuat suatu keputusan berupa pilihan mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak. kalau pilihan sudah dijatuhkan, maka konflik denagn sendirinya akan selesai. konflik bisa terjadi seandainya kekuatan-kekuatan tersebut berada dalam kondisi berimbang.
Mengacu pada teori Lawin mengenai kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia, maka dikenal tiga jenis utama konflik yaitu : Approach –Avoidance Conflict, Doublle Aproach Conflict, and Double Avoidance Conflict.
I.       Pressure
Pressure sering juga disebut sebagai di bawah tekanan atau under pressure. Stres dapat juga datang dari tekanan-tekanan untuk dapat mencapai goal-goal yang spesifik, atau berperilaku dengan cara-cara tertentu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pressure adalah suatau keadaan yang menimbulkan konflik, dimana individu merasa terpaksa atau dipaksa untuk melakukan hal-hal yang di inginkannya.

2.2       JENIS-JENIS GANGGUAN
A.    Klasifikasi Gannguan Berdasarkan PPDGJ
Dalam edisi Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, sebagai Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Rusdi Maslim, editor, mengajukan beberapa hal penting yang mendasari klasifikasi atau diagnosis itu, yaitu mengenai konsep gangguan dan prinsip penggolongan
Konsep gangguan yang diambil dirujuk DSM IV sebgai berikut :
Gangguan Mental dikonsepsualisasikan sebagai sindrom atau pola psikologis atau keprilakuan secara klinis signifikan yang muncul dalam individual dan yang diasosiasikan dengan distress yang tampil saat ini (misalnya simtom ras sakit) atau ketidak mampuan  (misalnya kelemahan dalam satu atau lebih area pemfungsian yang penting) atau dengan peningkatan risiko menderita kematian, kesakitan, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan yang penting.
Adapun Prinsip penggolongannya adalah:
1.      Pendekatan penggolongan bersifat ateorotik dan deskriptif.
2.      Setiap gangguan jiwa tidak dianggap sebagai suatu kesatuan yang tegas batas-batasnya.
3.      Penggolongan gannguan jiwa tidak diartikan atau sama sekali bukan penggolongan orang.
4.      Dinilai tidak benar kalu ada anggapan bahwa dua orang yang menderita gangguan jiwa yang sama dengan orang lainnya, berarti sama dalam segala hal penting lainnya.
5.      Dalam PPDGJ-III terdapat istilah “Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis”, Yang tidak tergolong gangguan jiwa. Meskipun demikian, kondisi tersebut menjadi pusat perhatian klinikus
6.      Terdapat 100 Kategori Diagnosis, Mulai dari F00 sampai F98. F99 adalah gangguan YTT (yang tidak terggolongkan) atau untuk mengelompoka “gangguan jiwa tidak khas”

B.      Proses Diagnosis Gangguan Jiwa
Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis dengan rumusan matematis :


DIAGNOSIS =     AMNESIS              +      PEMERIKSAAN
                        (data subyektif)         (data obyektif)
 
 




Langkah - Langakah adalah sebagai berikut
ANAMNESIS               :        Alasan Berobat
                                     Riwayat Gangguan saat ini
                                     Riwayat Gangguan dahulu
                                     Riwayat perkembangan diri
                                     Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dll
PEMERIKSAAN:      Diagnostik fisik
                                    Status Mental
                                    Laboratorium
                                    Radiologik
                                    Evaluasi psikologis
                                    lain-lain
Diagnosis        :           Aksis I             = Gangguan Klinis
                                    Aksis II           = Gangguan kepribadian
                                    Aksis III          = Kondisi medik umum & MR
                                    Aksis IV          = Psikososial dan Lingkungan
                                    Aksis V           = Tarif Pemfungsian
TERAPI          :           Farmakoterapi
                                    Psikoterapy
                                    Terapi sosial
                                    Terapi okupasional
                                    Lain-lain
TINADAK-LANJUT:            Evaluasi terapi
                                    Evaluasi diagnosis
                                    Lain-lain
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Makalah ini membahas tentang definisi abnormalitas dalam berbagai teori psikologi dan macam-macam bentuk abnormalitas yang sering diacu oleh akademisi dan praktisi di lapangan dengan mengacu pada DSM IV atau di indonesia menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh depkes yakni PPDGJ III.





3.2 Saran